Ikal Harun

"Engkau pergi hanya untuk jadi istri
yang semoga rentan ragu melupakanku.
Rindu selalu rentang mendekat
pada Sabtu malam di warung makan tepi pantai
mula aku merasakan hawamu."
(Penggalan puisi "Engkau Pergi"- Semangkuk Lidah)

Akhirnya setelah sekian lama tidak menulis di blog,dapat juga alasan untuk menulis lagi.
kali ini saya ingin mengulas buku Semangkuk Lidah yang merupakan buah pemikiran dari kak Alfian Dippahatang. salah satu penulis dari Sulawesi Selatan yang saat ini tengah menempuh studinya di Universitas Hasanudin Makassar.

Baik langsung saja saya ulas ya..

Buku Semangkuk Lidah ini mempunyai sampul yang simpel namun artisitik. ya, sampul berwarna putih dan terdapat gambar seonggok lidah yang menurut saya menambah nilai keunikan dari buku ini. Di dalam buku ini juga kalian akan disajikan dengan beberapa ilustrasi yang keren dari Haerul Ary Wardana yang berperan dalam membuat 10 ilustrasi yang akan kalian temui di dalam buku ini 
Menurut hemat saya sebagian besar isi dari buku ini menyampaikan kecintaan penulis terhadap segala hal yang ada di ingatannya. Seperti Ibu dan ayah serta ingatan masa lalu. Penulis sangat hebat dalam menggambarkan kecintaanya terhadap 3 hal tadi melalui bait-bait puisi yang menurut saya ringan untuk dipahami namun tetap indah untuk dinikmati.
di dalam puisi ini juga penulis akan memaksa kita untuk membayangkan nikmatnya Coto yang dia cicipi pada beberapa situasi yang berbeda. Baik itu bersama teman,kekasih dan bersama keluarga tercinta.

Dalam buku ini juga kita akan mengetahui penulis sangat detail dalam menggambarkan kondisi rumah dan orang tua yang menurut saya sangat menyentuh dan sayang untuk dilewatkan. dan juga ada beberapa bagian yang dimana penulis bercerita tentang kehilangan yang tentunya sedih untuk dibayangkan dan tentunnya semua disampaikan melalui bait-bait puisi yang ringan dan mudah dipahami.
penulis juga nyaris jarang memainkan rima-rima seperti penulis puisi kekinian, dia lebih menyukai menggambarkan segalanya dengan detail tanpa mengurangi nilai sastra dari puisi tersebut.
tapi entahlah menurut saya buku ini seperti bukit baru yang pemandangannya indah layaknya di pedesaan yang belum tersentuh hegemoni ibukota.

kalau ditanyakan judul puisi yang menjadi favorit saya maka jawabannya adalah Engkau Pergi dan Libur.
Penasaran bagaimana bunyi dari puisi tersebut? silahkan dibeli saja bukunya. hehe

Akhirnya, saya selesai mengulas buku ini secara singkat semoga tidak mengecewakan penulis yang sempat mention saya untuk diminta ulasan tentang buku ini dan itu merupakan sebuah kehormatan tersendiri, hehe

terakhir pesan saya kepada Kak Fian sebagai penulis adalah untuk segera merampungkan buku Dapur Ajaib yang sebentar lagi akan diterbitkan karna saya belum puas melahap isi dari Semangkuk Lidah, Haha.


Sekian