Ikal Harun

Hadiah yang tak pernah hadir

7 comments


22 tahun sudah saya menjalani kehidupan yang katanya fana dan tak abadi ini. Banyak sekali lika-liku kehidupan yang tentunya membuat diri ini semakin tangguh dalam menjalani setiap langkah kehidupan ini. Tawa,canda tangisan dan air mata seolah menjadi teman yang tak pernah habis datang mengunjungi saya dan tentunya membuat hidup lebih berwarna.

Dilahirkan dari keluarga yang sederhana tentunya membuat saya paham bahwa pentingnya untuk menjadi pribadi yang sukses di usia yang matang kelak. Setidaknya itulah pemikiran saya sewaktu kecil dulu. Sering disebut kutu buku tentunya membuat saya terbawa ke dalam dunia yang serius dan tidak pernah main-main dengan yang namanya studi atau belajar. Namun semakin kesini semakin saya menyadari ada beberapa hal yang tentunya bisa kita perjuangkan dan adapula yang harus kita lepaskan karena banyak pertimbangan dan alasan yang kuat.

Begitu banyak impian yang dulu saya rangkai dengan indahnya dalam benak saya dengan harapan semoga bisa terwujud suatu hari nanti. Namun hidup memang sangatlah adil. Hidup tak pernah memberikan apa yang kita inginkan namun apa yang kita butuh. Tetapi terlepas dari itu semua tentunya ada beberapa hal yang sebenarnya manjadi pengahalang saya mencapai cita-cita yang selama ini selalu diupayakan. Rasa malas,sifat emosian dan pandang enteng seolah menjadi penyakit yang berakar dan berurat di dalam jiwa yang butuh waktu seumur hidup untuk menyembuhkannya.

Betapa tidak, segala rangkaian mimpi yang telah direncanakan begitu matang bisa patah dengan mudah karna 3 sifat tadi. Memang masalah sifat agak dibantu dengan alasan genetik yang seharusnya ini tidak bisa menjadi pembenaran kegagalan semua impian itu. Diantara ke 3 sifat tersebut ada 1 sifat yang membuat saya begitu menyesal karena pernah terbawa jauh. Ya, emosi yang sulit terkontrol adalah musuh nyata bagi saya sampai sejauh ini bahkan sampai tulisan ini dipublikasikan.

Sedih sebenarnya jika harus menceritakan semua hal-hal yang hilang dan menjauh dikarenakan sifat emosi saya. Saya pernah mengakhiri hubungan dengan seorang wanita yang begitu baik secara jasmani dan rohani namun karena terbawa emosi saya memilih meninggalkannya dengan alasan yang sangat tidak rasional bagi seorang laki-laki hingga pad akhirnya saya menyesalinya. Emosi juga yang membuat saya sering berselisih paham dengan teman-teman karena mempertahankan argumen dan menjaga gengsi tentang wawasan. Alhasil saya dianggap sebagai orang yang egois atas pendapat sendiri dan cenderung terlalu percaya diri atas gagasan sendiri yang tentunya karna terbawa emosi tadi.

31 maret kemarin merupakan hari lahir yang ke 22 bagi saya. Namun saya begitu bersedih. Mengapa?
Ternyata dibalik bencinya teman-teman terhadap arogansi yang saya nampakkan, ternyata mereka masih berkenan memberikan kejutan kepada saya walaupun cuma alakadarnya. Disaat itulah hati saya bergeming seolah dihujam belati berulang-ulang. Tetesan air bening pun mengalir tipis di pelupuk mata .

Kehilangan banyak hal di dalam hidup mengajarkan saya pentingnya untuk bisa lebih dewasa lagi dalam menjalani hidup ini. Bijak saja tidakalah cukup untuk menjadi dewasa, ada banyak hal-hal yang harus diupayakan untuk bisa dewasa. Andai saya bisa memilih hadiah terbaik saya maka saya memilih untuk bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki segala kesalahan yang pernah terlanjur dilakukan yang kemudian membuat hujan ssal di masa depan. Namun sebagai manusia yang mempercayai bahwa waktu tak akan pernah kembali saya hanya bisa berusaha untuk terus memperbaiki segala kekurangan yang ada. Karena kehilangan mengajarkan saya betapa berharganya ketika memiliki.

Sekian..


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

7 komentar:

  1. Karna hadiah itu bukan untuk sekarang.

    BalasHapus
  2. Berati ad kmungkinan m terjadi ? Haha I hope so hani..

    BalasHapus
  3. Wah masnya udah umur 22, selamat menginjak umur 22 mas, semoga makin dilancarkan dalam hal apapun. *telat banget :D

    Nyoba belajar mengendalikan emosi mas, biar enggak rugi lagi gara-gara sifat itu. Aku juga ada masalah dengan sifat emosian yang belum bisa dikontrol.

    BalasHapus
  4. Wah mas ponco..
    Makasih mas udah mampir di blog saya yg amatiran..haha
    Semoga sja ya mas..rada2 susah ngIlangin sifat yg udah turun-temurun udah ada ..
    Makasih pon aTas masukannya.. :D

    BalasHapus
  5. Tidak ada yang sia-sia, termasuk penyesalan, semoga. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mbak ..
      Makasih sudah leave comment..
      Selamat hari lahir juga buat mbak aprie :)

      Hapus
    2. Kehilangan ada agar kita bisa bersikap lebih bijaksana dalam menerima keputusan. Manisnya hidup kita yang tentukan. :)

      Hapus