Ikal Harun

Luna Maya, Uus dan Fenomena bunuh diri di Indonesia

Leave a Comment
Hidup adalah pertarungan, meski begitu tak semua pertarungan bisa kita menangkan. Begitu kira-kira ungkapan yang pas jikalau saya mengingat dan merenungkan banyak orang yang jatuh dan memilih untuk bangkit sekali lagi. Mereka yang jatuh itu kemudian menyadari bahwa sesuatau yang sudah terjadi tak perlu disesali dan cukuplah meyakini bahwa semua sudah menjadi suratan  Illahi.

Renungan ini tercipta karena beberapa hari kemarin saya melihat banyak berita tersebar di media daring bahwa saat ini tengah marak kejadian bunuh diri yang dialami kebanyakan penduduk Indonesia bahkan artis luar negeri. Dalam hal ini saya berusaha menghindari ghibah karena hal yang seperti ini tidak layak untuk didiskusikan secara terbuka. Namun bukan alasan mereka bunuh dirilah yang yang jadi keresahan saya namun lebih kepada metode atau cara apa yang dilakukan sehingga hasil yang ditemui haruslah tragis.

Izinkan saya menyebut nama Luna Maya. Artis Indonesia yang terkenal karena kecantikannya. Ya meskipun sebenarnya saya lebih terpesona pada kedua bola matanya. Namun sepertinya kita yang merasa beban hidupnya luar biasa ini patut malu pada Luna. Mengapa demikian?  mungkin belum lepas dari ingatan kita tentang skandal yang terjadi antara Luna Maya dan Ariel Peterpan saat itu. Yang videonya sudah banyak tersebar kemana-mana. Lagi-lagi bukan isi video itu yang menarik atau tato kupu-kupu yang menjadi pertanyaan, namun sesuatu yang esensinya lebih dari itu. Mungkin  Tak ada yang bisa menafikkan bahwa pastilah orang yang paling dirugikan dalam skandal tersebut adalah Luna Maya. Mungkin Ariel tidak terlalu berat karena dia masih mendapat banyak dukungan dari banyak fans.  Tapi kalau kita sedikit mau menengok kondisi Luna yang saat itu menghilang dari hampir semua media membuat saya atau kalian percaya percaya bahwa Luna akan mati karir, awalnya.

Asumsi saya sepertinya salah. Dengan banyaknya umpatan, cacian, hinaan kepada aktris cantik ini justru membuat wanita kelahiran Bali ini menjadi semakin kuat. Dia mampu menkonversi setiap energi negatif menjadi sesuatu tamparan yang manis bagi para mereka yang kerap disebut haters. Mungkin dalam posisi terjepit kemarin tak akan mengagetkan jikalau mendadak kita mendapati bahwa Luna mengakhiri hidupnya dan menyelesaikannya dengan cara yang cukup anti klimaks. Dia lebih memilih memaafkan atas segala apa yang terjadi dan mulai merajut kembali impian yang mungkin sempat tersobek karena masalah skandal tadi.



Lain lagi dengan Rizky Firdaus Wijaksana yah atau kita lebih mengenalnya dengan nama Uus. Tak perlu saya kenalkan lagi siapa si Uus ini karena meskipun dia adalah  kontestan yang paling pertama close mic namun ketenarannya sama dengan yang juara SUCI saat itu. Uus adalah bukti bahwa 'jempolmu harimaumu'. Dianggap melakukan pelecehan terhadap salah satu pimpinan ormas membuat Uus harus mengecap kejamnya dunia sosial media. Dia dihujat, dicaci, dimaki hingga hal-hal yang terlanjur amoral untuk sekelas mahluk yang katanya mahluk terbaik ciptaan tuhan. Uus kehilangan banyak hal mulai dari materi sampai non materi. Diputuskan kontrak oleh hampir semua Stasiun TV hingga diputuskan dalam dunia pertemanan sepertinya sudah dicicipi oleh Pria berumur 26 tahun ini.

Awalnya saya orang yang ikut membenci Uus karena setiap cuitan beliau di twitter terlajur sarkas dan terkesan kasar dalam beberapa perspektif. Namun sepertinya menilai orang hanya lewat cuitan  adalah salah satu kesalahan paling naif dalam sejarah peradaban manusia modern. Saya beberapa kali menonton Uus dalam acara reality Show. Contohnya seperti di acara Hitam-putih. Dalam episode kali itu Uus yang saya tahu sosok yang anti mewek malah menitihkan air mata dikala Om Deddy menannyakan kondisi rumahh tangga Uus pasca pemboikotan Uus di semua Tv. Mungkin yang buat Uus sedih ternyata disaat sempit seperti itu orang yang justru menguatkannya adalah Istrinya. Padahal awalnya Uus mengira istrinyalah yang menjadi orang pertama yang selalu memarahinya akibat kelalaian uus dalam menyaring setiap kata yang dilemparkannya ke dunia maya.

Ada juga di VLOG Soleh Solihun kalian bisa melihat Uus menjawab setiap pertanyaan Kang Soleh dan menceritakan kisah pilunya sedari kecil yang bagi saya tak banyak yang mengetahui utamanya para haters. Dari situ saya memehami bahwa sungguh kejam dunia digital kita dalam menstereotipekan orang yang dianggap kontroversial sehingga semua yang mereka lakukan selalulah menjadi pemberitaan yang negatif.

Entah begaimana tulisan ini akan saya akhiri. Namun bagi saya pribadi sebagai penulis (blog) yang juga awam dan kadang masih suka salah juga dalam menulis. Kejadian ini membuat saya belajar bahwa tidak semua hal yang kita yakini benar-benar mutlak untuk dipercaya atau diyakini dalam hati. Apalagi sumbernya dari media yang mengesampingkan aspek kejujuran dan keseimbangan dalam menulis. Kadang kita juga butuh sudut pandang yang beda agar suasana logika kita menjadi netral dan tidak berat sebelah.

Luna & Uus bagi saya hanyalah contoh dan sebagian kecil bukti bahwa hiduplah belum berakhir disaat beban terasa kian berat. Mungkin itu hanya jalan tuhan untuk menunjukan seharusnya apa yang kita lakukan kedepannya. Tak perlu menyalahkan diri sendiri karena salah sudah menjadi bakat kita sejak diciptakan. Bagi saya hal ini mengajarkan bahwa tak perlu mundur ketika badai yang datang terlanjur besar. Cukup dihadapi saja time will heal.

"Hidup dengan melakukan kesalahan jauh lebih terhormat daripada merasa benar namun tidak melakukan apa-apa" (George Bernard Shaw)


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar