Ikal Harun

[RESENSI] Pacarku Memintaku Jadi Matahari

3 comments
"Andai setiap perayaan dipertanyakan, manusia takkan punya satu pun hari besar. Esensi dari perayaan adalah merayakan kenaifan" (Reza Nufa - Pacarku Memintaku Jadi Matahari)


Pertama-tama saya ingin berterima kasih kepada Cya. Wanita asal Gorontalo di Bandung yang telah sudi menyampatkan diri membantu saya membeli buku ini di salah satu event buku di Bandung. Dan juga salam hangat buat Kak Hendra yang sudah tahu betul harus kemana dia mengantar gerangan buku ini.

Harus saya akui saya sering melakukan banyak kesalahan dalam hidup. Namun tidak kali ini. Memutuskan untuk membeli buku karya Reza Nufa ini adalah salah satu keputusan yang benar dalam kurun waktu 24 tahun saya hidup. Niat awal dari buku ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mencari referensi dari lomba menulis cerpen yang diadakan Basabasi. Namun sepertinya jalan tuhan memang kerap membingungkan sekaligus membahagiakan.



Kalau ditinjau dari segi sampul buku ini jelas tidak main-main walaupun sebenarnya menilai buku dari sampul adalah hal yang menggelikan. Di bagian sampul kita akan menemui gambar yang sepertinya diumpamakan sebagai matahari yang ditutupi oleh sayap kupu-kupu yang sedikit banyak menggambarkan salah satu judul dari 29 cepen yang ada di dalamnya.

Dipilihlah Kak Eko Triono sebagai pemberi 'kata sambutan' dalam buku ini yang kalau kalian menikmati setiap kata yang ditulis olehnya maka seperti menertawakan selera baca diri sendiri. Iya. Sempat terbesit di dalam pikiran saya yang cetek ini bahwa kemana saja saya selama ini. Kenapa tidak dari dulu mengenal para penulis yang gaya penulisannya serasa membuat saya telanjang. 

Di salah satu bagian 'kata sambutan' kak Eko menuliskan :
"Ia mengobrak-abrik kemapanan tata-tertib peristiwa; mengencingi relasi kausalitas; merayakan akibat-akibat tanpa awal mula. Seperti memasuki sebuah kota pasca wabah demensia, saya sempat tersesat di daerah dengan orang-orang bawel.
 Namun Demikian, ada kesan lain yang tak kalah penting. Di balik gairah ekspresif, makian, personifikasi, ungkapan-ungkapan unik, ada ritme yang berulang. Yang kesemuanya bertemu dalam titik dua. Yakni, kecewa."

Iya, dalam buku ini jangan berharap menemui sebuah awal yang bahagia atau akhir yang penuh sukacita. Terkadang kita harus bisa memahami bahwa pada kondisi tertentu hanya akan diawali dengan kekecewaan dan diakhiri dengan rasa yang kecewa pula. Hampir keseluruhan cerpen yang ditulis dengan apik ini menemukan elemen-elemen kekecewaan adalah hal yang mutlak. Tak ada kisah-kisah yang romatis atau yang membawa tangis. Semuanya dituliskan dengan apa adanya namun liar penuturannya.

Membaca buku ini saya butuh dua hari. Bukan karena ada kegiatan yang penting, namun karena memang membaca buku ini serasa seperti menonton video flat earth. Saya harus dengan terpaksa sesekali mengambil jeda agar bisa betul-betul memahami apa yang dimaksudkan pada setiap alinea,  pada setiap frasa, bahkan pada setiap makian yang ditulis.

Di buku ini penulis juga tidak sama sekali kaku. Salah satu yang menarik dari buku ini adalah selipan-selipan tentang Film, Lagu, isu politik, sentilan tentang agama,dan juga potongan puisi dari karya orang besar. yang ketika ditulis menjadi sebuah alunan instrumen yang indah dan menarik.

Keseluruhan cerpen dari buku ini sangat asyik dan tidak biasa namun kalau ditanya 2 cerpen yang menjadi favorit saya maka saya akan memilih cerpen Dua Pemabuk Mengazani Mayat dan Marina Menari Di Ujung Tahun. Karena bagi saya kedua cerpen tersebut sangat dekat dengan selera membaca saya yang jauh dari kata hebat ini. Dan juga kedua cerpen tersebut mengandung unsur kejutan serta unsur puitisnya yang mampu buat bibir saya tersenyum.



Mungkin begini saja resensi saya tentang buku ini. Jikalau kalian ingin membeli buku ini percayalah buku ini bukanlah buku yang patut kalian pertimbangkan harganya. Lebih dari itu setiap kata dari buku ini benar-benar ditulis dengan baik dan apik. Tak ada kekurangan yang mendasar pada buku ini. Kalaupun ada beberapa bagian yang tak saya pahami itu hanyalah kurangnya baca dalam keseharian saya. Terima kasih Buat kak Reza Nufa. Semoga beliau diberikan kesehatan untuk terus berkarya.

aamiin..


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

3 komentar:

  1. hahaha, kembali. Jangan sungkan atuh^^
    Ditunggu tulisan eksperimentalnya! semangat
    Tetap begini, tetap melaju~

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya iya..makasih
      mungkin tidak bakal melaju, perlahan saja supaya bisa memperhatikan banyak hal. karena kadang juga terlalu melaju jadinya malah mengabaikan banyak hal.
      tapi apapun itu terima kasih. .semoga bahagia selalu menyertai.
      hehe

      Hapus
  2. Its oke. Yang pasti tetap menulis, tetap berkarya hehehe.
    Keep that kamu juga sebab bahagia itu nyata.

    BalasHapus