Ikal Harun

Hari 4 : Mengamuk karena malu #7DaysKF

2 comments
Malu itu sebuah sikap yang tak bisa disembunyikan. Beberapa orang akan sangat ketahuan disaat sedang malu. Ada yang wajahnya menjadi memerah seperti udang atau ada yang tertawa lebar padahal tidak ada yang lucu. Malu ini seperti sebuah keniscayaan. Dia ada pada setiap manusia. Tidak terkecuali saya. Kalau dipaksa mengingat kejadian yang memalukan tentunya saya agak sedikit selektif untuk menceritakan yang mana. Maka pilihan saya jatuh pada sebuah kejadian yang memalukan yang terjadi waktu MTS dulu.

Waktu itu saya memang sangat suka menulis, Namun karena media seperti komputer atau laptop dulu masih menjadi hal yang sulit bagi saya maka menulis diary  menjadi pilihan saya. Kalau mendengar cewek menulis diary pasti sangat biasa. Namun yang menjadi masalah disini adalah yang menulis diary disini adalah saya sendiri yang notabene adalah dari laki-laki tulen. Tentunya sangat menggelikan kalau kalian melihat anak cowok seperti saya menulis diary. Kesannya pasti dasar cowok lemah.
Tapi dasar masih bau kencur saya hanya melakukan apa yang menurut saya bagus saja.

Sebenarnya juga alasan saya menulis diary  karena saat itu saya tengah jatuh cinta diam-diam kepada seseorang yang sampai saat ini tidak pernah berhasil menjadi milik saya. Sebutlah namanya Sore. Sore adalah anak yang cantik dan memiliki wajah yang mirip sekali dengan salah satu artis terkenal Indonesia Dian Sastrowardoyo. Memang harus diakui bukan hanya saya yang menaruh rasa kepada gadis ini. Ada banyak anak cowok lain yang jelas lebih menjanjikan daripada saya yang mungkin lebih pantas dipilih oleh Sore. Saya pun memilih enggan untuk menyampaikan rasa suka saya kepada Sore.

Untuk menyalurkan segala angan tentang Sore maka saya memilih untuk menuliskannnya di buku diary saya. Buku diary saya bukanlah yang pada umumnya yang punya hard cover  dan ada kertas warna warninya. Buku diary saya ditulis di buku bekas yang masih banyak sisa lembar kosongnya. Bukan apa-apa juga sih, waktu itu pilihan diary di toko dan supermarket sangat feminim . Tentunya tidak cocok dengan saya yang notabene adalah laki-laki. Mulailah saya menulis tentang Sore di buku diary saya. Saya menulis awal jumpa, Awal sapa, Bahkan hingga awal saya pernah satu kelompok dengannya dalam diskusi. Sangat menggelikan kalau mengingat saat-saat itu.

Hingga tiba suatu ketika saya secara sengaja membawa buku diary tersebut ke sekolah dengan maksud untuk dibaca ketika jam istirahat atau mengisi waktu kosong kalau guru tidak masuk. Namun Naasnya saya lupa dan meninggalkannya di laci meja saya. Awalnya saya tenang saja karena saya tahu orang-orang di kelas saya memang tahu saya sering meninggalkan buku di laci meja. Saya pun berniat untuk mengamankannya esok hari di saat jam ekskul. Nah parahnya adalah saya kembali lupa untuk mengamankannya. Saya malah asyik main takraw di lapangan dengan guru dan teman saya. Hingga akhirnya saya tersentak kaget ketika saya mengingat tentang diary saya. Spontan saya langsung menuju ke kelas dan mengamankannya. Rupanya saya terlambat, saat saya masuk ke dalam kelas rupanya cewek-cewek di kelas tengah berkumpul sambil membaca diary saya.

Rasa malu dan emosi seperti membuncah hebatnya. apalagi diantara kerumunan itu ada juga Sore disitu dan tampak malu-malu ketika saya masuk di kelas. Secara tidak sadar saya mengeluarkan berbagai makian dan umpatan dari mulut saya. Entah setan apa yang merasuki saya, semuanya tampak spontan. Memang kalau sudah emosi kadang kita tak sadar apa yang sudah kita katakan, Saya membanting beberapa meja dan kursi dan menunjuk-nunjuk dengan kasar salah satu teman cewek saya yang menurut saya menjadi aktor dari kejadian yang memalukan ini. saya pun mengambil buku diary itu dan segera mengamankannya.

Setelah kejadian itu hubungan saya dengan teman-teman saya tadi menjadi dingin. Saya enggan menyapa mereka bahkan ketika berpapasan. Namun itu tidak berlangsung lama. Saya memilih mengalah dan meminta maaf atas tindakan kasar saya. Namun diantara semua dari mereka hanya Sore yang enggan untuk saya temui karena rasa malu yang masih berkelebat di kepala saya. Kami tidak bertegur sapa selama kurang lebih setahun. Hingga akhirnya semuanya menjadi cair begitu saja ketika kami di kelas IX.

Kini Sore sudah menikah dan tengah mengandung anak pertama. Kami pernah bertemu dalam salah satu reuni dan saat itu kami sudah sangat akrab. Ada percakapan menarik antara kami saat itu ketika kami membahas diary saya. Kami hanya bisa tertwa lepas ketika mengenang hal tersebut. bahkanSore sempat mengatakan sesuatu yang tidak  bisa saya percaya. " Makanya kalau suka sama orang katakan dong, Jangan hanya tulis di diary". Saya hanya bisa tertawa lepas dan mengatakan bahwa semua sudah lewat dan saya sudah ikhlas atas apa yang terjadi.

                                                Moment sewaktu Sore Nikah. :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

hampir di setiap kata yang saya tulis saya tertawa kecil ada juga yang terbahak-bahak. Semoga Sore tidak pernah membaca tulisan ini. aamiin. :)
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar:

  1. i know this feeling,, haha. kejadian serupa dengan yg saya tulis di hari keempat. bedanya, ini curhatnya ke diary..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya.. memang yang namanya cinta dalam hati rasanya pasti nyesek..haha

      Hapus